Mengubah Cara Memimpin Dari Perasaan Menjadi Tegas

Mengubah Cara Memimpin

Sebagai seorang pemimpin, terkadang kita dihadapkan pada dilema antara menjaga perasaan tim dan memastikan pekerjaan berjalan dengan baik. Memang, pemimpin yang penuh empati sering kali mengutamakan perasaan anggota timnya. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, hal ini justru dapat memperburuk situasi.

Salah satu pengalaman menarik saya setelah training bersama ALC adalah bagaimana saya dapat mengubah pendekatan dari terlalu mengedepankan perasaan menjadi lebih tegas dan objektif dalam memimpin tim serta bagaimana hal ini sangat berdampak positif bagi tim dan diri saya.

Tantangan Memimpin dengan Perasaan

Sebelum mengikuti training, saya selalu merasa tak enak hati ketika harus menegur tim. Saya lebih memilih untuk berputar-putar dahulu dalam memberi teguran, mengutamakan perasaan anggota tim yang melakukan kesalahan. Meskipun pekerjaan tetap terselesaikan, namun ini berdampak pada diri saya sendiri yang merasa lebih lelah karena harus turun tangan langsung menyelesaikan masalah.

Saya sadar, bahwa ada rasa tak nyaman setiap kali saya harus menghadapi tim yang kurang kompeten atau melakukan kesalahan, namun selalu dihadapi dengan rasa sungkan untuk bersikap tegas.

Mengubah Pendekatan: Tegas Tanpa Perasaan Pribadi

Dan sekarang saya mulai mengambil langkah untuk menghadapi masalah secara langsung tanpa terlalu memikirkan perasaan pribadi anggota tim saya. Setiap kali ada anggota tim yang berperilaku tidak sesuai, saya segera memanggil mereka secara pribadi untuk berdiskusi dan memberikan arahan yang jelas.

Hasilnya, beberapa anggota tim mulai memperbaiki sikap mereka dan lebih responsif terhadap masukan. Saya menekankan bahwa dalam memberikan teguran,  tidak lagi memikirkan apakah anggota timnya akan sakit hati, melainkan fokus pada memberikan solusi yang tepat untuk kinerja mereka.

Menghadapi Karakter Berbeda dalam Tim

Tentu saja, setiap anggota tim memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang masa bodoh, tidak peduli dengan situasi sekitar, ada pula yang suka mengeluh atau merasa tahu segalanya.

Dalam sebulan terakhir ini, saya mencoba untuk lebih tegas terhadap anggota tim yang cuek dan memberi arahan lebih jelas kepada mereka yang cenderung pasif. Meskipun beberapa orang masih belum berubah sepenuhnya, langkah-langkah tegas yang diambil telah mulai menunjukkan hasil positif.

Kolaborasi dan Komunikasi Terbuka

Salah satu pelajaran penting yang diambil dari pengalaman ini adalah pentingnya komunikasi terbuka dalam tim. Saya mengajak seluruh manajer untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam menghadapi tantangan bisnis. Mereka diminta untuk memberikan pendapat dan saran mengenai situasi yang sedang dihadapi. Meskipun ada beberapa orang yang masih enggan berbicara terbuka, secara keseluruhan tim ini mulai menunjukkan kesamaan visi dan komitmen untuk bekerja bersama dalam mencapai tujuan bisnis.

Kesimpulan

Transformasi dari pemimpin yang terlalu menggunakan perasaan menjadi lebih tegas adalah proses yang membutuhkan keberanian dan ketegasan. Pak Larno belajar bahwa terkadang menjaga perasaan anggota tim tidak selalu membantu dalam jangka panjang, dan tindakan tegas dengan tetap menghormati martabat individu adalah langkah yang lebih tepat.

Dengan komunikasi yang terbuka dan visi yang jelas, pemimpin dan timnya kini dapat bekerja lebih efektif, saling mendukung, dan mencapai hasil yang lebih baik bersama. Transformasi ini menjadi contoh bahwa perubahan positif dimulai dari keberanian untuk bertindak secara bijak dan tepat.

Detail info pelatihan, hubungi team ALC sekarang