Menjadi Pemimpin Interaktif dan Terbuka dengan Tim

Sebelum mengikuti training di ALC Leadership Management, saya merasa ada jarak dengan tim saya. Saya memang tipe orang yang tidak terlalu banyak bicara dan cenderung menjaga citra sebagai atasan yang profesional. Namun, setelah mengikuti training selama dua hari, saya mulai menyadari bahwa kepemimpinan bukan hanya soal memberikan instruksi dan memastikan pekerjaan berjalan lancar, tetapi juga tentang membangun hubungan yang baik dengan tim.
Saya mulai mengambil langkah kecil. Salah satunya adalah lebih perhatian terhadap hal-hal sederhana seperti mengingat ulang tahun anggota tim. Dulu, saya berpikir hal seperti ini tidak terlalu penting, tetapi ternyata dampaknya besar. Saat saya pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun kepada salah satu staf, ekspresinya sangat terkejut sekaligus senang. Dari situ, saya sadar bahwa hal kecil bisa membuat perbedaan besar dalam hubungan kerja.
Mengatasi Tantangan dalam Komunikasi
Salah satu tantangan terbesar bagi saya adalah komunikasi. Saya terbiasa berpikir bahwa tim sudah tahu apa yang harus mereka lakukan, sehingga saya jarang memberikan arahan secara mendetail. Namun, setelah training, saya mulai menyadari bahwa komunikasi yang jelas bisa meningkatkan efektivitas kerja.
Saya mulai lebih sering bertanya kepada tim, bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga bagaimana mereka melihat tantangan di lapangan. Awalnya, mereka terlihat canggung karena mungkin tidak terbiasa melihat saya lebih banyak bertanya. Namun, setelah beberapa minggu, saya mulai melihat perubahan. Mereka lebih terbuka dan bahkan mulai memberikan masukan tanpa harus saya minta.
Menghadapi Dilema: Antara Ekspektasi Manajemen dan Hak Karyawan
Sebagai pemimpin, saya juga dihadapkan pada dilema antara tuntutan manajemen dan ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Manajemen berharap tim bisa standby kapan pun dibutuhkan, sementara dalam PKB ada aturan ketat mengenai jam kerja dan lembur.
Dulu, saya sering merasa serba salah dalam menyikapi hal ini. Namun, setelah mendapatkan perspektif baru dari training, saya belajar untuk lebih transparan dengan tim. Saya mulai mengkomunikasikan kebutuhan manajemen secara lebih terbuka dan mencari solusi bersama tim agar mereka tetap bisa bekerja dengan nyaman tanpa merasa terbebani.
Mencari Solusi dalam Manajemen Waktu dan Lembur
Lembur adalah salah satu tantangan yang sering kami hadapi. Setelah training, saya mencoba mencari solusi agar lembur tidak menjadi beban bagi tim. Saya mulai mengidentifikasi penyebab utama lembur dan mencari cara untuk mengatasinya. Saya juga lebih selektif dalam menentukan siapa yang benar-benar perlu lembur, sehingga tim tidak merasa selalu harus mengorbankan waktu pribadinya.
Selain itu, saya mulai lebih sering memberikan apresiasi kepada tim atas kerja keras mereka. Saya menyadari bahwa sekadar ucapan terima kasih atau pengakuan atas usaha mereka bisa meningkatkan semangat kerja.
Kesimpulan
Satu bulan setelah training, saya merasakan perubahan besar dalam cara saya memimpin. Saya bukan hanya menjadi lebih interaktif dan terbuka dengan tim, tetapi juga lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan manajemen dan bawahan. Tentu saja, perjalanan ini belum selesai. Saya masih terus belajar dan beradaptasi, tetapi satu hal yang pasti: perubahan kecil yang saya lakukan telah membawa dampak besar bagi hubungan saya dengan tim.
Terima kasih kepada ALC Leadership Management yang telah membuka wawasan saya tentang pentingnya komunikasi, keterbukaan, dan kepemimpinan yang lebih manusiawi. Bagi teman-teman pemimpin yang masih merasa ‘jaim’ seperti saya dulu, percayalah, membangun hubungan dengan tim tidak akan membuat kita kehilangan wibawa, justru akan membuat kita semakin dihormati dan didukung!
Training Online Assertive Leadership
-
24/04/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom
Risk Management
-
30/04/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom
Creative Negotiation Skills
-
07/05/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom