Dari Pemimpin Konvensional Menjadi Pemimpin yang Lebih Terbuka

Satu bulan setelah mengikuti training bersama ALC Leadership Management, saya, Dadang, merasakan banyak perubahan dalam gaya kepemimpinan saya. Sebagai seorang pemimpin di lingkungan BUMN, saya menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait dengan regulasi baru mengenai Satuan Pengawasan Internal (SPI).
Pemerintah tengah memperkuat peran SPI, dan perubahan ini harus segera diadaptasi sebelum tahun 2025. Hal ini menuntut saya untuk mengembangkan strategi baru yang lebih efektif dalam menjalankan fungsi pengawasan dan memastikan kepatuhan regulasi di perusahaan saya.
Dari Kepemimpinan yang Formal ke Komunikasi yang Lebih Terbuka
Sebelumnya, saya merasa bahwa struktur dalam tim saya cukup kaku. Setiap orang bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya tanpa banyak komunikasi atau koordinasi. Saya pun lebih sering memimpin dengan pendekatan yang formal dan instruktif. Namun, setelah mengikuti coaching, saya menyadari pentingnya komunikasi dua arah dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan efektivitas kerja tim.
Sekarang, saya lebih aktif berinteraksi dengan tim, membuka ruang diskusi, dan memastikan bahwa mereka merasa nyaman menyampaikan pendapat atau masukan. Perubahan ini memang tidak mudah, terutama bagi beberapa anggota tim senior yang lebih tua dari saya. Ada resistensi dari mereka yang sudah terbiasa dengan pola kerja lama. Namun, saya percaya bahwa dengan konsistensi dan pendekatan yang tepat, mereka akan mulai memahami manfaat dari perubahan ini.
Membangun Budaya Integritas yang Lebih Kuat
Salah satu hal yang sangat saya pelajari dari eksekutif coaching bersama ALC adalah pentingnya integritas dalam kepemimpinan. Saya belajar bahwa integritas bukan hanya sekadar berbicara tentang nilai-nilai moral, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Ada tiga hal utama yang menjadi tolok ukur integritas:
1. Melakukan apa yang diucapkan – Jika saya menginstruksikan sesuatu, maka saya sendiri harus menjadi contoh dalam menjalankannya.
2. Mengakui kesalahan dan segera memperbaikinya – Tidak perlu menunggu orang lain mengoreksi, tetapi harus memiliki kesadaran diri untuk segera bertindak.
3. Terus berusaha memperbaiki diri – Menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, sehingga terus belajar dan berkembang adalah kunci utama.
Dengan menerapkan tiga prinsip ini, saya berharap bisa membangun budaya kerja yang lebih sehat dan produktif, di mana setiap orang dalam tim merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
Dukungan dari ALC Leadership Management
Proses perubahan ini tentu tidak instan dan masih akan terus berkembang. Namun, saya bersyukur telah mendapatkan banyak wawasan dan bimbingan dari ALC Leadership Management. Saya merasa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan lebih peka dalam memahami kebutuhan tim saya.
Melalui eksekutif coaching ini, saya belajar bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang memberikan instruksi, tetapi juga tentang bagaimana membangun hubungan yang baik dengan tim, menciptakan lingkungan kerja yang positif, dan memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk berkembang.
Kesimpulan
Perubahan yang saya alami dalam satu bulan terakhir hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju kepemimpinan yang lebih baik. Saya menyadari bahwa tantangan masih akan terus ada, tetapi dengan strategi yang tepat dan semangat untuk terus belajar, saya yakin bahwa saya dapat membawa tim saya menuju hasil yang lebih optimal.
Terima kasih kepada ALC Leadership Management yang telah membantu saya dalam perjalanan ini. Saya berharap pengalaman ini juga dapat menginspirasi pemimpin lain untuk tidak takut berubah dan terus berkembang demi mencapai kepemimpinan yang lebih efektif dan bermakna.
Leadership for Manager
-
03/07/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom
Creative Negotiation Skills
-
09/07/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom
Strategic Leadership
-
10/07/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom