Empowering Leadership: Membangun Pemimpin yang Adaptif, Kolaboratif, dan Berdampak di PPATK
ALC Leadership Management bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaksanakan Pelatihan Empowering Leadership selama dua hari yang penuh energi dan interaksi. Sejak pagi hari pertama, suasana aula PPATK terasa lebih hidup, lebih hangat, dan penuh antusiasme. Para peserta dari berbagai unit kerja berkumpul, saling menyapa, dan terlihat penasaran dengan pengalaman apa yang akan mereka dapatkan selama dua hari tersebut.
Kehadiran dua pemateri berpengalaman, Ainy Fauziyah dan Budi Ary, semakin menambah semangat peserta. Keduanya dikenal sebagai fasilitator yang selalu menghadirkan pembelajaran yang dekat dengan realitas kerja, penuh humor, namun tetap sarat makna. Tanpa banyak teori, mereka mengajak peserta langsung masuk ke dalam pengalaman belajar yang menyenangkan dan membangun kepercayaan diri.
Hari Pertama: Mengenal Diri, Tim, dan Dinamika di Balik Kepemimpinan yang Memberdayakan
Pelatihan dimulai dengan aktivitas ice breaking yang membuat seluruh peserta langsung terlibat. Dalam hitungan menit, ruang pelatihan dipenuhi gelak tawa. Banyak peserta yang awalnya tampak canggung, berubah menjadi aktif dan terbuka. Aktivitas sederhana seperti pertukaran cerita singkat membuat peserta merasa lebih dekat satu sama lain, seolah mereka sudah bekerja bersama bertahun-tahun.
“Baru mulai kok sudah seru banget,” ujar salah satu peserta sambil tertawa saat menyelesaikan tantangan kelompok pertama pagi itu.
Suasana hangat ini menjadi fondasi penting untuk seluruh rangkaian kegiatan selama dua hari.
Momen Refleksi yang Membuat Peserta Merenung
Di salah satu kegiatan, peserta diminta merenungkan perjalanan kepemimpinan mereka. Meskipun kegiatannya sederhana, banyak peserta yang mengaku itu menjadi titik tersentuh, karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka berhenti sejenak dan melihat kembali peran mereka sebagai pemimpin.
Seorang peserta bahkan berkata,
“Rasanya kayak diingatkan lagi, bahwa sebelum memimpin orang lain, kita perlu memimpin diri sendiri dulu.”
Dari situ tampak bahwa empowering leadership dimulai dari kesadaran diri, bukan sekadar teknik atau instruksi.
Dinamika Kelompok: Keseruan yang Menghubungkan Banyak Kepala
Pada sesi berikutnya, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang langsung bergerak cepat, ada yang serius berdiskusi, dan ada pula yang ramai dengan ide-ide kreatif yang saling bersautan. Setiap kelompok memiliki gaya unik, tetapi semuanya menunjukkan satu hal: kerja sama yang semakin kuat dari waktu ke waktu.
Tantangan yang diberikan membuat peserta harus berkomunikasi, mendengarkan satu sama lain, dan memutuskan strategi terbaik. Banyak momen lucu ketika strategi awal ternyata tidak berjalan dan mereka harus “putar balik” dalam waktu cepat. Tapi justru dari situlah pelajaran paling kuat muncul.
“Wah ini kita kayak beneran kerja di proyek ya,” ujar salah satu peserta sambil tertawa ketika timnya harus mengubah rencana di detik terakhir.
Mereka sadar bahwa empowering leadership bukan tentang mengatur, tapi tentang membuka ruang bagi tim untuk tumbuh dan menemukan cara terbaiknya.
Komunikasi yang Membangun Kedekatan
Menjelang siang, kegiatan semakin interaktif. Ada sesi di mana peserta diminta menyampaikan pesan dengan gaya tertentu, sementara anggota tim lainnya mencoba menangkap makna pesannya. Banyak yang gagal, tapi justru itu membuat suasana semakin hidup.
Ada yang terlalu cepat, ada yang terlalu pelan, ada yang terlalu teknis, dan ada pula yang akhirnya tertawa sendiri karena salah paham. Tapi dari kegagalan-kegagalan kecil itulah muncul kesadaran bahwa komunikasi efektif membutuhkan empati dan kejelasan.
Hari pertama ditutup dengan perasaan puas, hangat, dan lebih saling terhubung.
Hari Kedua: Kolaborasi, Adaptasi, dan Simulasi yang Menguji Kepemimpinan
Jika hari pertama fokus pada interaksi dan dinamika tim, hari kedua menghadirkan suasana yang lebih menantang.
Hari dimulai dengan simulasi cepat yang mengharuskan peserta membuat keputusan dalam waktu terbatas. Tanpa disadari, suasana ruang menjadi sangat aktif. Peserta berdiri, bergerak, berdiskusi cepat, bahkan beberapa sampai mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk memastikan pendapatnya terdengar.
Ada kalanya satu tim bersorak karena berhasil menyelesaikan tantangan, sementara tim lain terlihat tertawa karena keputusan mereka ternyata membawa mereka “ke jalan buntu”. Semua dinikmati dengan penuh semangat.
Para peserta kembali diingatkan bahwa dalam dunia kerja nyata, seorang pemimpin harus mampu bergerak cepat dan tetap tenang dalam tekanan.
Kolaborasi Lintas Fungsi: Tantangan Paling Seru
Di sesi kolaborasi lintas fungsi, peserta dari berbagai bidang harus bekerja bersama seolah mereka satu departemen besar. Ada analis, supervisor, staf teknis, dan berbagai background lain dalam satu kelompok.
Hasilnya? Dinamika yang luar biasa seru.
Peserta saling menyesuaikan gaya kerja, saling meredam ego, serta belajar mendengarkan perspektif yang berbeda. Ada momen ketika satu tim bersorak karena menemukan solusi, dan ada momen ketika mereka terdiam sejenak, berpikir keras mencari cara terbaik keluar dari tantangan.
“Kita jadi tahu kenapa koordinasi antar unit itu penting banget,” komentar seorang peserta.
Puncak Kegiatan: Business Leadership Simulation
Sesi terakhir menjadi bagian paling dinanti: simulasi bisnis.
Peserta diberi skenario besar yang mencerminkan tantangan nyata dalam organisasi. Mereka harus mengelola tim, menetapkan prioritas, mengantisipasi risiko, dan membuat keputusan cepat. Semuanya dalam waktu yang terbatas.
Ruangan berubah menjadi pusat strategi:
– Ada yang menggambar di kertas besar
– Ada yang menugaskan anggota tim untuk mengumpulkan data
– Ada yang menjadi “pemimpin” sementara
– Ada yang berperan sebagai analis cepat
– Dan ada yang berusaha memastikan semua suara didengar
Teriakan kecil seperti “Ayo tim kita bisa!”, “Coba ulang lagi datanya!”, sampai “Tenang-tenang, kita bahas dulu” memenuhi seluruh ruangan.
Simulasi ini menjadi pengalaman paling berkesan. Banyak peserta merasa seperti sedang memimpin proyek besar sungguhan.
“Saya jadi sadar, ternyata kalau tim diberdayakan, mereka bisa menghasilkan keputusan yang jauh lebih kreatif,” ucap salah satu peserta.
Kesimpulan
Dua hari pelatihan Empowering Leadership di PPATK bukan hanya memberikan teori, tetapi memberikan pengalaman nyata yang membuat peserta:
• lebih mengenal kekuatan diri,
• lebih percaya diri dalam berkomunikasi,
• lebih terbuka terhadap ide orang lain,
• lebih cepat mengambil keputusan, dan
• lebih solid bekerja sebagai tim.
Pelatihan ini tidak hanya mengubah cara mereka memimpin, tetapi juga mengubah cara mereka melihat diri sendiri dan rekan kerja mereka. Energi positif, tawa, refleksi, dan dinamika yang terjadi selama dua hari membuat setiap peserta pulang dengan pemahaman baru: bahwa pemimpin yang memberdayakan adalah pemimpin yang mampu menciptakan ruang bagi orang lain untuk tumbuh.
Dan itulah esensi dari empowering leadership. Tidak hanya dipahami, tetapi dirasakan.
Supervisory Skills for Great Supervisor
-
20/11/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom
Risk Management
-
26/11/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom
Leadership for Manager
-
05/12/2025
-
09.00 - 16.00 WIB
-
Online via Zoom