Apakah Perbedaan Jabatan dan Kekuasaaan? Pahami Lebih Detail Pengertiannya!

Daftar Isi

Kekuasaan melakukan sesuatu yang diinginkan. Jabatan juga identik dengan harta. Karena semakin tinggi jabatan yang dimiliki, semakin tinggi pula gaji yang diterima dan semakin banyak harta yang bisa dikumpulkan.

Oh ya, 1 hal lagi. Jabatan itu sangat erat kaitannya dengan fasilitas. Ibaratnya semakin tinggi jabatan semakin banyak pula fasilitas yang didapatkan.

Supaya Anda tidak salah dalam memahami keduanya, maka pada artikel kali ini ALC akan membahas mengenai perbedaan besar antara jabatan dan kekuasaan secara rinci. Yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Perbedaan Jabatan dan Kekuasaan

Jabatan dan kekuasaan adalah dua konsep yang seringkali dihubungkan dalam konteks kepemimpinan dan struktur organisasi.

Namun, keduanya memiliki makna dan implikasi yang berbeda. Berikut adalah perbedaan mendasar antara jabatan dan kekuasaan yang wajib untuk Anda ketahui, mari kita rinci satu persatu.

Definisi Jabatan dan Kekuasaan

Secara umum, jabatan atau Positional power sebenarnya mengacu pada posisi resmi atau formal dalam struktur hirarki suatu organisasi.

Terlebih setiap jabatan memiliki tanggung jawab, tugas, dan wewenang yang telah ditetapkan sehingga posisi ini sangat mudah diidentifikasi dengan sebuah label seperti “manajer,” “supervisor,” maupun “direktur”.

Biasanya, jabatan datang dengan kekuatan yang lebih formal untuk menentukan sebuah tindakan dalam sebuah organisasi.

Sedikit berbeda dengan jabatan, kekuasaan (personal power) merujuk pada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi tindakan, pikiran, dan perilaku orang lain. Nyatanya, hal ini tidak selalu terkait dengan posisi jabatan, tetapi bisa timbul dari kualitas pribadi, pengetahuan, pengalaman, atau hubungan antarpribadi.

Kekuasaan mencerminkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan dukungan dan kerjasama dari orang lain tanpa bergantung pada otoritas formal.

Sumber dan Legitimasi Jabatan dan Kekuasaan

Selain definisinya yang berbeda, dapat terlihat jika sumber dan legitimasi jabatan dan kekuasaan juga jelas tidak sama. Sebab, jabatan diberikan berdasarkan struktur hirarki dan aturan yang ada dalam organisasi sehingga orang mengakui dirinya karena posisi yang mereka pegang.

Sedangkan sumber kekuasaan dapat berasal dari berbagai faktor, bisa jadi karena kemampuan komunikasi yang baik, pengalaman, hingga kepribadian yang karismatik. Jadi kekuasaan sebenarnya tidak selalu memerlukan posisi jabatan formal.

Bahkan terkadang, kekuasaan ini berpotensi lebih powerful untuk mengontrol keadaan dibandingkan seseorang dengan jabatan tinggi.

Sebab berdasarkan studi Rallyware menyebutkan jika 69% manajer (orang dengan jabatan tinggi) gagal mengatur sebuah kondisi dan memimpin tim karena kemampuan komunikasinya yang burut.

Baca juga : 

3 Alasan Mengapa Promosi Jabatan Penting

Potensi Pengaruh

Terakhir, perbedaan antara jabatan dan kekuasaan juga sangat terlihat dari potensi pengaruhnya. Biasanya, pengaruh dari jabatan cenderung lebih terbatas pada lingkup tugas dan tanggung jawab yang ditentukan oleh struktur organisasi.

Berbeda dengan kekuasaan, pengaruhnya berpotensi lebih besar dan luar karena dapat mencakup berbagai aspek kehidupan dan organisasi. Sebab orang dengan kekuasaan dapat mempengaruhi keputusan, perubahan, dan hasil di luar tugas jabatan mereka.

3 Hal yang Membuat Jabatan dan Kekuasan Tampak Menyilaukan

Pada dasarnya, baik jabatan dan kekuasaan selalu memiliki daya tarik dan pengaruh yang kuat bagi probasi banyak orang.

Posisi ini tampak menyilaukan sehingga kerap kali banyak orang yang berlomba-lomba untuk memperebutkan posisi ini mulai dengan cara yang profesional dan struktural hingga yang tidak terhormat.

Perebutan posisi dalam dunia profesional ini tentu tidak terlepas dari 3 hal, yaitu:

1. Pengaruh dan Kontrol

Baik jabatan dan kekuasaan dapat memberikan individu kemampuan untuk mengambil keputusan, mengarahkan tindakan, dan mengendalikan sumber daya.

Ini memberikan perasaan pengaruh dan kontrol yang kuat terhadap lingkungan kerja dan orang-orang di sekitarnya.

Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan dan mengarahkan tim atau organisasi inilah yang seringkali membuat jabatan dan kekuasaan tampak sangat menggiurkan.

2. Status dan Pengakuan

Jabatan yang memiliki otoritas dan kekuasaan seringkali dikaitkan dengan status sosial yang lebih tinggi dan pengakuan di dalam organisasi.

Orang seringkali akan cenderung lebih menghormati dan menghargai individu yang menduduki jabatan tinggi karena mereka dianggap memiliki pengetahuan, keterampilan, dan wewenang yang luar biasa.

3. Akses untuk Mengelola Sumber Daya

Orang yang memiliki jabatan dan kekuasaan cenderung memiliki akses yang lebih besar ke sumber daya organisasi, seperti informasi penting, anggaran, teknologi, dan kesempatan karir.

Kekuasaan ini memberikan peluang untuk merencanakan dan melaksanakan inisiatif penting, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah dan pertumbuhan organisasi.

Kisah Nyata Mengenai Bijaknya Seseorang dalam Memandang Jabatan dan Kekuasaan

Namun berbicara bicara tentang kekuasaan, harta dan jabatan, saya jadi teringat akan obrolan dengan seorang sahabat beberapa waktu lalu yang baru saja mendapatkan jabatan yang sangat strategis di sebuah perusahaan terpandang di Indonesia.

Sewaktu memberi selamat atas jabatan barunya itu, ada sesuatu yang membuat saya merasa kagum padanya. Bagaimana tidak? Cara pandangnya begitu sederhana dan mulia.

Ia tidak melihat jabatan sebagai kekuasaan untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan. Bukan pula sebagai ajang pengumpulan harta untuk keluarganya 7 turunan, apalagi demi mendapatkan fasilitas perusahaan yang memang mengasyikkan.

Begini katanya, ”Begitu saya mendapatkan jabatan strategis ini, sepanjang perjalanan ke kantor, saya bertanya di dalam hati. Apa yang bisa saya lakukan dengan jabatan ini? Mumpung mendapat kesempatan dan Tuhan memberi saya nafas, saya benar-benar ingin melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat lagi untuk banyak orang.

Ingin mengangkat harkat dan derajat mereka agar hidupnya menjadi lebih baik. Dan yang pasti mengajak seluruh teman-teman untuk lebih andil memajukan perusahaan dan menjadikan perusahaan kami yang terbaik di Indonesia.” Wah, mendengarnya saja hati saya terasa teduh. Bagaimana tidak?

Jabatan dan Kekuasaan Jauh Lebih Besar dari Sekedar Harta dan Posisi

Kita sering lupa akan hakikat kita hidup sebagai manusia. Bahwa satu-satunya alasan Tuhan menciptakan kita adalah untuk melakukan kebajikan. Nah kebajikan ini sangat bisa kita lakukan melalui setiap jabatan yang kita emban.

Bahwa jabatan adalah kesempatan untuk melakukan perubahan, perubahan yang lebih baik, lebih bermanfaat untuk banyak orang sekaligus membawa kebajikan. Inilah arti sebuah jabatan.

Berbeda halnya dengan kekuasaan, seringkali hal ini membuat gelap mata dan berpikir bahwa Anda adalah orang yang berkuasa atas semua orang. Sebab orang yang memiliki kekuasaan dengan pikiran seperti ini kerap menyalahgunakan wewenangnya untuk berbuat negatif yang hanya menguntungkan dirinya sendiri, namun merugikan banyak pihak termasuk orang di sekitarnya.

Efek Penyalahgunaan Kekuasaan

Jika kita mengincar kekuasaan, maka Anda akan menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekuasaan tersebut.

Hal ini akan mendorong Anda untuk bertindak semaunya sendiri, karena kekuasaan sangat berpengaruh dengan kapabilitas seseorang dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Semakin Anda berkuasa, semakin berpengaruh pula keputusan atau tindakan yang dapat kita lakukan.

Jika Anda menyalahgunakan wewenang, berarti Anda tidak lagi memiliki intelektual yang cukup untuk menjalankan apa yang menjadi kewajiban sebenarnya. Sebab Anda hanya akan mementingkan diri kita sendiri dan tidak peduli apa dampak yang akan kita lakukan terhadap orang lain.

Baca juga : 

Percaya Diri Saat Presentasi, Yuk Kenali Caranya Di Sini

Contoh Penyalahgunaan Kekuasaan

Contoh penyalahgunaan kekuasaan yaitu jika Anda memiliki wewenang tanggung jawab dalam pemilihan vendor untuk perusahaan, dan Anda malah memainkan harga dengan calon vendor yang akan menjadi mitra.

Maka hal ini sama saja Anda sudah bertindak tidak jujur karena ada sebuah perjanjian yang menguntungkan diri sendiri diluar peraturan yang sebenarnya dan tidak diketahui oleh perusahaan.

Maka dari itu biasanya tergantung pada lingkungan kita pula, jika orang di sekeliling kita adalah orang yang tidak jujur maka perbuatan fatal Anda bisa dinilai sebagai tidak masalah. Lalu Anda sampai akhir tidak akan benar-benar menyadari apa kesalahan yang dilakukan hingga merugikan banyak pihak.

Sebab penguasa yang berbuat curang sama saja memberikan jalan untuk bawahannya melakukan hal yang curang pula. Berbeda jika di lingkungan Anda adalah lingkungan orang yang berprinsip dan jujur. Pada tahap ini, jika Anda menyalahgunakan wewenang, maka orang tidak akan pernah menaruh kepercayaan pada Anda lagi.

Sekarang mari kita renungkan. Sebagai seorang pemimpin dengan jabatan yang kita miliki sekarang ini, perubahan apalagi yang harus kita lakukan dan bermanfaat untuk banyak orang? Bukankah kita diciptakan untuk melakukan kebajikan?

Kesimpulan

Nah demikianlah 3 perbedaan antara jabatan dan kekuasaan yang seringkali disangka sama serta hal-hal yang membuat kedua posisi tersebut menyilaukan.

Namun lebih jauh dari itu, penting untuk memiliki niat yang baik sehingga saat Anda sudah berada pada kedua posisi tersebut, Anda bisa memiliki pemikiran bijaksana. jadi tidak akan ada orang yang dirugikan saat Anda menduduki posisi tersebut.

Oleh karena itu, untuk dapat memimpin dengan bijaksana maka dibutuhkan leadership skills yang mumpuni. Tapi jangan khawatir, sebab keahlian tersebut sudah bisa dipelajari dengan mudah bersama ALC Leadership Management.

Bahkan ALC juga telah dipercaya 357 perusahaan dan 35.276 alumni dengan materi yang mudah diaplikasikan dalam kehidupan pekerjaan dan keseharian. Jadi tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Yuk tunggu apa lagi? segera daftarkan pelatihan online maupun offline yang Anda inginkan dengan ALC sekarang juga!

Detail info pelatihan hubungi team ALC di 087779199555