Inilah Perubahan Pola Kepemimpinan Saya Setelah Training ALC!
Awalnya, saya sempat mendiskreditkan pelatihan yang hendak di adakan ALC dan menganggapnya sebagai salah satu event seremonial saja.
Namun hal tersebut ternyata salah besar karena ALC memiliki rangkaian pelatihan dengan pendekatan yang lebih personal. Jadi setelah pelatihan selesai pun, saya merasa masih dilibatkan terutama dalam konsultasi dan mengakses informasi yang dibutuhkan.
Apalagi, ada banyak perubahan dalam diri dan sikap saya setelah mengikuti training dari ALC terhadap pola kepemimpinan yang dilakukan, diantaranya adalah:
Pertama, Manajemen Waktu yang Lebih Baik
Setelah mengikuti training dari ALC Leadership Management, manajemen waktu dalam menyelesaikan pekerjaan menjadi jauh lebih baik.
Jadi saat mendapatkan pekerjaan, saya dapat memutuskan pekerjaan mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa dikerjakan setelahnya.
Apalagi, saat ini saya memegang lebih banyak anggota tim sehingga manajemen waktu ini juga mempengaruhi pola kepemimpinan saya menjadi lebih baik. Sebab segala pekerjaan yang diberikan kepada anggota tim dapat tertata dengan maksimal.
Kedua, Semakin Tegas dalam Memimpin
Perubahan pola kepemimpinan yang saya rasakan di mata para anggota tim adalah sikap yang semakin tegas.
Ditambah, saya menjadi orang yang jauh lebih komunikatif kepada tim jika terkait masalah pekerjaan supaya semuanya dapat diselesaikan dengan lebih cepat.
Ditambah, penyampaian tugas dan arahan yang lebih jelas membuat mereka mampu untuk bekerja dengan produktif tanpa perlu pengawasan ketat. Sebab, mereka sudah tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan.
Ketiga, Mengakui Kelemahan dan Selalu Menerima Masukan dari Orang Lain
Sebelumnya, saya merupakan tipe orang yang suka memendam dan merasa cemas akan sesuatu yang bahkan belum terjadi. Tidak hanya itu saja, saya juga merasa mudah terdistraksi, terlebih jika sedang mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus.
Oleh karena itulah, saya selalu mengusahakan diri untuk selalu menulis dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Jadi, saya dapat menentukan keputusan, mana pekerjaan yang harus dikerjakan.
Saya tentu sadar betul akan kelemahan tersebut. Hal inilah yang membuat saya menjadi pribadi yang lebih terbuka kepada anggota tim untuk mengakui kelemahan tersebut.
Selanjutnya, saya minta selalu diingatkan jika ada pekerjaan yang terlupakan maupun harus diselesaikan.